Apa Itu Kufur? (Bahasa Sederhana)
Kufur secara sederhana berarti mengingkari kebenaran, menolak ajaran Allah, atau tidak bersyukur atas nikmat-Nya. Dalam Al-Qur’an, kufur bisa bermakna:
-
Menolak iman kepada Allah dan Rasul-Nya (kufur akbar),
-
Mengabaikan perintah agama atau mengingkari nikmat Allah (kufur kecil).
Kata “kufur” juga bisa berarti tidak tahu diri, tidak tahu berterima kasih, atau melawan kebaikan yang telah diberikan.
Apakah Ada Kufur di Media Sosial Sekarang?
Ya, media sosial adalah ruang di mana banyak bentuk kufur bisa terjadi, baik secara sadar maupun tidak sadar. Berikut ini penjelasan jenis kufur dan contohnya di media sosial:
1. Kufur Nikmat (Tidak Mensyukuri Nikmat Allah)
Ciri-ciri:
-
Sering mengeluh di media sosial walau hidup cukup.
-
Membandingkan hidup sendiri dengan hidup orang lain, lalu merasa tidak puas.
-
Merasa tidak cukup dengan wajah, keluarga, atau rezeki yang dimiliki, lalu menyalahkan takdir.
Contoh:
-
Menulis status: “Hidupku tidak adil, kenapa orang lain bisa bahagia sementara aku tidak?”
-
Mencela bentuk fisik diri sendiri di TikTok atau Instagram: “Kenapa aku jelek banget?”
-
Membuat konten body shaming terhadap diri sendiri untuk dapat perhatian.
Padahal Allah berfirman:
"Jika kalian bersyukur, Aku akan tambah (nikmat), tapi jika kalian kufur, maka azab-Ku sangat pedih."
(QS. Ibrahim: 7)
2. Kufur I’rad (Berpaling dari Kebenaran)
Ciri-ciri:
-
Enggan membaca atau menyebarkan ilmu bermanfaat, tapi sibuk mengikuti gosip.
-
Lebih suka konten prank, ghibah, dan hal sia-sia daripada ilmu agama.
Contoh:
-
Scroll TikTok berjam-jam tapi tidak pernah membuka Al-Qur’an digital.
-
Mengikuti akun selebriti, tapi memblokir akun dakwah atau ustaz.
-
Mengabaikan panggilan azan demi lanjut live streaming game.
Ini termasuk sikap berpaling dari kebenaran, yang disebutkan dalam QS. Al-Jatsiyah: 23.
3. Kufur Juhud (Mengingkari Kebenaran Padahal Sudah Tahu)
Ciri-ciri:
-
Sudah tahu suatu hal dilarang dalam Islam, tapi tetap dilakukan dan bahkan dipamerkan.
-
Menolak hukum Islam secara terang-terangan di media sosial.
Contoh:
-
Sudah tahu aurat harus ditutup, tapi tetap mengunggah foto vulgar karena "self love".
-
Menolak aturan zakat, puasa, atau shalat dengan komentar seperti:
“Shalat itu bukan tolak ukur kebaikan.”
“Tuhan tahu hatiku walau aku tidak berhijab.”
Contoh seperti ini adalah penolakan terhadap hukum Allah, termasuk dalam kufur secara makna.
4. Kufur Syak (Ragu terhadap Kebenaran Islam)
Ciri-ciri:
-
Menyebar atau menyukai konten yang mempertanyakan eksistensi Tuhan atau agama.
-
Mempromosikan pemikiran skeptis atau atheistik.
Contoh:
-
Share video yang menyindir ajaran Islam, misalnya konten satire tentang surga-neraka.
-
Komentar seperti:
“Kalau Allah ada, kenapa masih banyak orang miskin?” -
Membagikan konten ‘agnostik’ atau ideologi sesat dengan bangga.
5. Kufur Nifaq (Kemunafikan)
Ciri-ciri:
-
Di media sosial tampak agamis, tapi di kehidupan nyata berbuat maksiat.
-
Konten dakwah hanya untuk branding, bukan karena niat ikhlas.
Contoh:
-
Buat konten ceramah di TikTok, tapi di balik layar melakukan penipuan.
-
Posting "Alhamdulillah" tapi caption berikutnya penuh kebohongan endorsement.
-
Berpenampilan Islami untuk mendapat followers.
6. Kufur Sosial: Merendahkan Kebenaran dan Kebaikan
Ciri-ciri:
-
Mengolok-ngolok orang yang sedang hijrah atau belajar agama.
-
Meremehkan konten dakwah sebagai “tidak keren” atau “norak”.
Contoh:
-
Membuat meme lucu yang menghina orang salat atau mengaji.
-
Komentar sinis seperti:
“Ustaz-ustaz zaman sekarang cari cuan, bukan cari Tuhan.” -
Viral-kan kesalahan kecil orang yang belajar agama untuk bahan lelucon.
Kesimpulan: Kufur di Era Digital
Media sosial bisa menjadi ladang pahala besar jika digunakan dengan bijak. Tapi juga bisa menjadi jalan kekufuran jika disalahgunakan. Kufur di media sosial sering terjadi karena:
-
Tidak sadar bahwa konten bisa menjadi bentuk ingkar kepada nikmat Allah,
-
Menolak atau menertawakan ajaran agama,
-
Menyebarkan keburukan atau menolak kebenaran dengan cara halus.
Pesan Penting
Kita harus berhati-hati dalam membuat, menyukai, membagikan, atau mengomentari konten di media sosial. Setiap klik, komentar, atau unggahan bisa menjadi:
-
Bukti syukur kepada Allah,
-
Atau justru bentuk kufur yang membahayakan hati dan akhirat kita.