Apa Maksudnya "Mencampuradukkan yang Haq dengan yang Bathil" ?

0

 


🔍 Apa Maksudnya “Mencampuradukkan yang Haq dengan yang Bathil”?

Dalam Islam, yang haq adalah kebenaran dari Allah, yang sesuai dengan ajaran Al-Qur’an dan sunnah Rasulullah ﷺ. Sedangkan yang bathil adalah segala bentuk kebohongan, kesesatan, atau kemaksiatan yang bertentangan dengan ajaran Islam.

Ketika kebenaran dan kebatilan dicampuradukkan, orang jadi bingung. Mereka tidak bisa lagi membedakan mana yang benar dan mana yang salah. Ini adalah salah satu tanda zaman yang sangat berbahaya, dan Al-Qur’an sudah memperingatkan hal ini sejak dulu.


📖 Peringatan dari Al-Qur’an

"Dan janganlah kamu mencampuradukkan yang benar dengan yang salah, dan janganlah kamu menyembunyikan kebenaran itu padahal kamu mengetahuinya."
(QS. Al-Baqarah: 42)

Ayat ini menyuruh kita untuk jujur dalam menyampaikan kebenaran, dan tidak mengelabui orang lain dengan memutarbalikkan fakta.


🔥 Apakah Sekarang Banyak yang Mencampuradukkan Haq dan Bathil?

Ya, sangat banyak. Di zaman sekarang, campur aduk antara benar dan salah itu terjadi di mana-mana — di media sosial, dunia hiburan, dunia pendidikan, bahkan dalam dakwah dan kegiatan agama. Berikut contoh-contohnya:


✅ Contoh-Contoh Nyata di Zaman Sekarang

1. Media Sosial: Menghibur tapi Menyesatkan

  • Banyak orang memakai ayat-ayat Al-Qur’an atau hadis untuk bikin konten lucu atau trend di TikTok, tapi disertai musik haram, tarian aurat, atau bercanda berlebihan.

  • Contoh: Konten “motivasi Islami” disampaikan oleh orang yang tidak punya ilmu agama, lalu menyampaikan tafsir ayat seenaknya. Orang awam pun mudah tertipu karena dikemas secara menarik.

2. Berpakaian Syari tapi Tetap Mengumbar Aurat

  • Fenomena "hijab fashion" atau "syar'i tapi seksi" banyak kita lihat di Instagram dan TikTok. Banyak wanita berhijab tapi bajunya ketat, memperlihatkan lekuk tubuh, bahkan jadi ajang pamer kecantikan.

  • Ini mencampur antara tuntunan agama (menutup aurat) dengan gaya hidup hedonis dan pencitraan.

3. Ceramah Agama yang Menghibur Tapi Dangkal

  • Beberapa penceramah justru lebih fokus pada lucu-lucuan atau cerita-cerita viral, tapi minim dalil dan ilmu.

  • Bahkan ada yang menyampaikan ajaran yang menyesatkan demi menarik banyak penonton.

4. Politik: Agama Sebagai Alat, Bukan Pedoman

  • Beberapa politisi memakai istilah-istilah agama agar nampak Islami, padahal perilakunya korup, menipu, dan tidak amanah.

  • Contoh: saat kampanye mereka berpakaian islami dan bicara soal moral, tapi setelah terpilih melakukan penyelewengan uang rakyat.

5. Bisnis Halal Tapi Sumbernya Haram

  • Produk-produk makanan atau kosmetik diberi label "halal", tapi diiklankan dengan model yang tidak menutup aurat, atau menggunakan cara promosi yang menipu konsumen.

  • Ada juga bisnis "syariah", tapi menggunakan sistem riba tersembunyi, tipu daya marketing, atau jual mimpi seperti dalam skema ponzi atau MLM yang tidak jelas.

6. Kampanye Amal Tapi Tujuannya Popularitas

  • Banyak yang membuat konten sedekah di media sosial — niatnya baik, tapi kadang lebih ingin viral daripada ikhlas.

  • Misalnya: merekam orang miskin sedang menangis saat diberi bantuan, lalu disebar luas tanpa memperhatikan kehormatan dan rasa malu si penerima.


⚠️ Kenapa Ini Berbahaya?

  1. Membuat masyarakat bingung membedakan mana yang benar.

  2. Menghancurkan nilai-nilai Islam secara perlahan, karena yang bathil dibungkus seolah-olah Islami.

  3. Menjadikan agama sebagai alat duniawi — untuk popularitas, kekayaan, atau kekuasaan.

  4. Merusak akidah, terutama bagi generasi muda yang masih labil dan gampang terpengaruh.


🧭 Apa yang Harus Kita Lakukan?

1. Kuatkan Ilmu Agama

  • Belajar dari sumber yang benar: Al-Qur’an, hadis, dan ulama terpercaya.

  • Jangan mudah percaya pada semua yang viral. Selalu cek kebenarannya.

2. Jujur dalam Menyampaikan Kebenaran

  • Jangan takut menyampaikan yang benar meski tidak disukai banyak orang.

  • Lebih baik tidak viral tapi lurus, daripada terkenal tapi sesat.

3. Tegas Menolak Kebatilan yang Dibungkus Agama

  • Jika melihat kemungkaran, tegurlah dengan cara yang bijak.

  • Jangan ikut-ikutan tren yang mencampuradukkan kebenaran dengan kesesatan.


🏁 Penutup: Waspadalah dan Jadilah Penjaga Nilai Islam

Rasulullah ﷺ bersabda:
“Akan datang kepada manusia tahun-tahun penuh tipu daya. Orang yang dusta dianggap jujur, dan yang jujur dianggap dusta. Orang yang khianat dianggap amanah, dan yang amanah dianggap khianat.”
(HR. Ahmad)

Zaman ini adalah zaman fitnah dan tipuan, di mana kebenaran bisa tampak seperti kebatilan, dan kebatilan tampak seperti kebenaran. Jangan sampai kita ikut membungkus yang salah dengan baju kebaikan.

📱 1. Contoh di Media Sosial

a. Konten Agama + Musik Haram

  • Video yang menampilkan ayat Al-Qur’an atau hadis, tetapi latar musiknya lagu cinta, musik DJ, atau remix.
    ➤ Ini mencampurkan kalam Allah (haq) dengan kemaksiatan (bathil).

b. Influencer Hijrah Tapi Pamer Kekayaan

  • Influencer berkata, “Saya hijrah karena Allah,” tetapi kontennya justru memamerkan mobil mewah, rumah besar, tas branded.
    ➤ Pesan agama dibungkus duniawi. Mengaburkan niat ibadah.

c. Konten Islami Tapi Menyindir, Menghina

  • Akun dakwah membuat video "menegur kesalahan" tapi dengan cara menyindir, mempermalukan, bahkan mencaci.
    ➤ Teguran itu haq, tapi dilakukan dengan cara bathil (ghibah, su’uzhan).

d. Jualan Produk “Halal Islami” Tapi Pakai Model Seksi

  • Produk "herbal Islami" atau "busana muslim" yang menggunakan model tidak berhijab, atau berhijab tapi bajunya ketat.
    ➤ Komersialisasi Islam, mencampur dagang halal dengan nilai haram.


🏠 2. Contoh di Kehidupan Sehari-hari

a. Menggunakan Agama untuk Menipu

  • Penjual berkata, “Demi Allah ini barang asli,” padahal palsu.
    ➤ Memakai nama Allah untuk melindungi kebohongan = sumpah palsu.

b. Mengatasnamakan “Silaturahmi” tapi Ghibah

  • Berkumpul dan berkata, “Cuma ngobrol, kok,” tapi isinya membicarakan aib orang lain.
    ➤ Silaturahmi (haq) yang berubah jadi ghibah (bathil).

c. Bersedekah Tapi Sambil Pamer

  • Memberi sedekah di depan umum, tapi disertai kalimat, “Saya udah sedekah 10 juta, kamu berapa?”
    ➤ Amal shaleh dicampur dengan riya’ dan takabur.


🏛️ 3. Contoh di Dunia Pemerintahan dan Politik

a. Kampanye Politik Pakai Ayat Al-Qur’an

  • Politisi membaca ayat Al-Qur’an saat kampanye, memberi kesan agamis, tapi setelah menang, korupsi, zalim, dan ingkar janji.
    ➤ Ayat digunakan sebagai alat politik, bukan pedoman hidup.

b. Kegiatan Keagamaan Negara Tapi Tidak Adil

  • Pemerintah mengadakan MTQ nasional, tetapi anggaran besar itu justru dikorupsi.
    ➤ Mempromosikan nilai Islam, tapi perilaku pejabat bertentangan.

c. Mengatasnamakan Syariah Tapi Zalim

  • Lembaga keuangan atau koperasi syariah yang menipu masyarakat dengan embel-embel “halal”, padahal skemanya ponzi.
    ➤ Menyandarkan diri pada agama untuk membohongi umat.


🎓 4. Contoh di Dunia Pendidikan dan Sekolah

a. Sekolah Islam Tapi Budaya Tidak Islami

  • Sekolah berlabel “Islam Terpadu” tapi di dalamnya:

    • Guru bergosip

    • Siswi berhijab tapi bajunya tidak sesuai syariat

    • Murid diajari shalat tapi tetap dibiarkan pacaran
      ➤ Nilai Islam diajarkan secara formal, tapi tidak dijalankan secara menyeluruh.

b. Lomba Dakwah diiringi Musik

  • Lomba ceramah tingkat pelajar, tapi peserta disuruh tampil diiringi musik modern atau tepuk tangan meriah.
    ➤ Dakwah (haq) dibungkus budaya hiburan (bathil).

c. Upacara Hari Besar Agama Tapi Tidak Menghormati Syariat

  • Merayakan Maulid Nabi dengan pesta, musik, dan campur laki-laki-perempuan bebas.
    ➤ Cinta Nabi seharusnya ditunjukkan dengan ketaatan, bukan keramaian kosong.


👪 5. Contoh dalam Keluarga dan Masyarakat

a. Pernikahan Islami Tapi Adat Bertentangan Syariat

  • Akad nikah dilakukan sesuai Islam, tapi pesta resepsinya:

    • Campur laki-laki dan perempuan

    • Ada joget dan musik keras

    • Make-up dan baju pengantin yang membuka aurat
      ➤ Pernikahan adalah ibadah, tapi dikotori oleh unsur-unsur maksiat.

b. Mengatasnamakan Toleransi Tapi Ikut Ritual Agama Lain

  • “Ini demi toleransi”, tapi ikut ibadah agama lain, seperti doa bersama di gereja atau membakar dupa di pura.
    ➤ Toleransi (haq) tidak berarti mencampur aqidah (bathil).

c. Mengajar Anak Berdoa Tapi Orang Tuanya Tidak Shalat

  • Orang tua menyuruh anak baca doa makan dan tidur, tapi mereka sendiri tidak shalat, tidak puasa.
    ➤ Mengajarkan haq tapi memberi contoh bathil.


🧠 Kesimpulan: Bahaya Campur Haq dan Bathil

✔️ Kebenaran jika dicampur dengan kesalahan, bisa menyesatkan lebih dalam daripada kesalahan yang terang-terangan.
✔️ Orang awam jadi tertipu, karena bentuknya seolah-olah Islami.
✔️ Umat jadi bingung, lalu lambat laun tidak percaya lagi pada ajaran Islam.


🛡 Apa Yang Harus Kita Lakukan?

  1. Buka mata & hati: jangan telan semua yang terlihat baik. Tanyakan: “Apakah ini sesuai syariat atau tidak?”

  2. Belajar dari ulama yang amanah dan kompeten.

  3. Tegas menolak hal yang salah meski dibungkus baik.

  4. Luruskan niat dan perbuatan kita dalam ibadah, muamalah, dan sosial.


Posting Komentar

0Komentar
Posting Komentar (0)