Fenomena Anak dan Remaja yang Sudah Merokok
Belakangan
ini sering muncul di media sosial video anak kecil atau remaja yang merokok.
Banyak orang marah, prihatin, atau justru bingung — kenapa hal ini bisa
terjadi? Mari kita bahas dari berbagai sisi: hukum, kebiasaan orang dewasa,
pengaruh lingkungan, sampai efeknya bagi tubuh dan otak.
1. Apakah Anak Boleh Merokok?
Jawabannya
tidak boleh.
Secara hukum di Indonesia, anak di bawah umur dilarang membeli atau
menggunakan rokok. Pemerintah menetapkan batas usia minimal 18 tahun. Tapi
aturan ini bukan sekadar soal umur — melainkan untuk melindungi anak dari
bahaya kecanduan dan kerusakan tubuh yang belum selesai berkembang.
Dari sisi
moral dan kesehatan, anak-anak belum bisa menimbang akibat jangka panjang. Jadi
bukan cuma "tidak boleh", tapi memang tidak pantas dan berbahaya.
2. Kenapa Anak dan Remaja Mulai Merokok?
Ada
banyak sebab, dan seringkali saling berkaitan.
a. Meniru
Orang Dewasa
Anak belajar dengan cara meniru.
Kalau ia sering melihat ayah, paman, atau guru merokok, maka otaknya menangkap
pesan bahwa “merokok itu hal biasa”. Apalagi kalau dilakukan di depan anak
tanpa rasa bersalah.
b. Ikut-ikutan
Teman
Di usia remaja, keinginan diterima
oleh teman sangat kuat. Kalau teman di tongkrongan merokok, ia bisa merasa
“aneh” kalau tidak ikut. Akhirnya coba-coba.
c. Rasa
Ingin Tahu dan Gaya-Gayaan
Remaja kadang ingin terlihat
“dewasa” atau “berani”. Rokok sering dianggap simbol kedewasaan, padahal itu
ilusi. Kadang juga karena stres, masalah keluarga, atau sekadar iseng.
d. d. Iklan
dan Media Sosial
Sekarang rokok (termasuk vape) muncul di mana-mana.
Ada rasa, warna, bahkan kemasan yang keren. Media sosial juga banyak
menampilkan orang merokok tanpa memperlihatkan akibatnya. Anak-anak akhirnya
berpikir itu normal.
3. Kenapa Orang Dewasa Merokok?
Banyak orang dewasa tahu rokok berbahaya, tapi tetap melakukannya. Ini
bukan sekadar soal “tidak bisa berhenti”, tapi karena:
- Kecanduan
nikotin – zat di dalam rokok yang membuat otak
ketagihan.
- Kebiasaan
dan kebudayaan – sudah jadi rutinitas, misalnya “habis makan
harus ngerokok”.
- Alasan
sosial – merasa lebih santai, lebih fokus, atau jadi
lebih akrab saat merokok bareng teman.
- Stres
dan emosi – banyak yang bilang rokok membuat tenang,
walaupun itu hanya efek sementara.
Masalahnya,
anak-anak melihat perilaku itu tanpa memahami alasannya. Jadi mereka
pikir: “Kalau orang dewasa boleh, kenapa aku tidak?”
4. Manfaat Rokok?
Secara kesehatan,
rokok tidak punya manfaat sama sekali.
Namun orang yang merokok sering merasa:
·
Lebih rileks atau tenang sesaat
·
Lebih fokus
·
Lebih diterima di lingkungan sosial
Tapi itu hanya
rasa sesaat. Begitu efek nikotinnya hilang, tubuh justru ingin lagi — dan
di sinilah kecanduan mulai terbentuk.
5. Efek Buruk Rokok, Terutama untuk Anak dan Remaja
a. Otak
Belum Matang
Nikotin bisa merusak perkembangan
otak remaja. Otak yang seharusnya tumbuh untuk mengatur emosi, logika, dan
konsentrasi malah terganggu. Akibatnya anak bisa sulit fokus, mudah cemas, atau
cepat marah.
b. Kecanduan
Seumur Hidup
Semakin muda mulai merokok,
semakin sulit berhenti. Otak anak lebih cepat "menghafal" rasa
nikotin, jadi sulit lepas saat dewasa.
c. Penyakit
Fisik
Rokok bisa menyebabkan:
- Batuk menahun dan sesak
napas
- Sakit jantung
- Kanker paru-paru
- Masalah gigi dan mulut
- Gangguan pertumbuhan
d. Masalah
Sosial dan Sekolah
Anak yang merokok cenderung malas belajar, sering
bolos, dan bisa terjerumus ke perilaku berisiko lain seperti alkohol atau
narkoba.
6. Kenapa Kasus Anak Merokok Sering Viral?
Karena masyarakat masih terkejut dan marah melihat anak kecil
merokok. Video seperti itu menimbulkan emosi kuat — antara lucu, prihatin, atau
geram — sehingga cepat menyebar.
Namun sisi bahayanya: anak lain bisa meniru karena melihat
viralnya video itu.
Maka sebaiknya, alih-alih hanya mengomentari, kita gunakan momen itu untuk edukasi
publik, bukan sekadar sensasi.
7. Apa yang Bisa Kita Lakukan?
a. Orang Tua
·
Jangan merokok di depan anak.
·
Jelaskan dengan jujur bahaya dan alasan kenapa kamu
ingin berhenti.
·
Jadikan rumah bebas rokok.
b. Guru dan
Sekolah
·
Masukkan bahasan tentang bahaya rokok ke pelajaran
kesehatan atau bimbingan.
·
Gunakan contoh nyata atau video edukatif, bukan
sekadar ceramah.
·
Ciptakan lingkungan sekolah tanpa rokok/vape.
c. Masyarakat
dan Pemerintah
·
Tegakkan aturan larangan jual rokok ke anak di
bawah umur.
·
Batasi iklan rokok dan konten promosi di media
sosial.
·
Sediakan tempat konseling berhenti merokok bagi
remaja dan orang dewasa.
8. Kesimpulan Singkat
- Anak
dan remaja tidak boleh merokok, baik secara hukum maupun
kesehatan.
- Mereka
sering meniru orang dewasa atau terpengaruh teman dan media
sosial.
- Rokok
tidak punya manfaat nyata, hanya rasa tenang sesaat yang berujung
kecanduan.
- Efeknya
sangat berbahaya untuk otak dan tubuh yang masih berkembang.
- Masyarakat
perlu bersama-sama melindungi anak — mulai dari keluarga, sekolah,
hingga lingkungan sosial.
Kalimat
sederhana yang bisa diingat:
“Kalau
orang dewasa saja sulit berhenti, jangan biarkan anak-anak mulai.”

