1. Realitas Sosial yang Kita Hadapi
Di zaman sekarang, media sosial menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari. Hampir setiap orang memiliki akun Instagram, TikTok, atau Facebook. Bagi perempuan muslim, media sosial sering dipakai untuk berbagi outfit, gaya busana, bahkan inspirasi hijab. Hal ini pada dasarnya tidak salah, karena menebar kebaikan lewat inspirasi berpakaian syar’i juga bisa bernilai pahala.
Namun, masalahnya muncul ketika:
- Pakaian yang dipakai tidak sepenuhnya menutup aurat (masih ketat, transparan, atau memperlihatkan lekuk tubuh).
- Tujuan utama bukan lagi karena Allah, melainkan ingin dipuji, mendapat banyak “likes” atau “followers”.
- Caption yang ditulis mencampurkan ayat Al-Qur’an atau hadis dengan konten yang lebih menonjolkan tubuh dan gaya, sehingga maknanya menjadi rancu.
Inilah yang dalam istilah agama disebut sebagai pencampuran antara hak dan batil, sesuatu yang Allah larang.
Allah ï·» berfirman:
“Dan janganlah kamu campuradukkan yang hak dengan yang batil, dan janganlah kamu sembunyikan kebenaran, sedang kamu mengetahui.” (QS. Al-Baqarah: 42).
2. Tujuan Berhijab Menurut Islam
Hijab bukan sekadar kain penutup kepala atau pakaian panjang, melainkan simbol ketaatan dan kehormatan seorang muslimah.
Allah ï·» berfirman:
“Wahai Nabi, katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu, dan wanita-wanita mukmin: Hendaklah mereka mengulurkan jilbab mereka ke seluruh tubuh mereka. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah dikenal dan tidak diganggu...” (QS. Al-Ahzab: 59).
Dari ayat ini kita bisa memahami:
- Hijab adalah perintah Allah, bukan sekadar budaya.
- Tujuannya bukan hanya menutup aurat, tetapi juga menjaga kehormatan.
- Hijab seharusnya membuat muslimah dikenal sebagai orang yang taat, bukan sekadar fashionable.
Rasulullah ï·º juga bersabda:
"Ada dua golongan dari ahli neraka yang aku belum pernah melihat keduanya... wanita-wanita yang berpakaian tetapi telanjang, condong kepada maksiat dan menarik orang lain kepadanya. Mereka tidak akan masuk surga dan tidak akan mencium baunya.” (HR. Muslim no. 2128).
Hadis ini menegaskan bahwa ada bentuk berpakaian yang lahirnya menutup, tetapi hakikatnya tetap memperlihatkan aurat karena terlalu ketat, tipis, atau dipamerkan untuk menggoda.
3. Contoh Fenomena di Lapangan
- Posting Outfit Harian (OOTD): Seorang muslimah mengenakan hijab panjang, tetapi bajunya ketat, lalu ia berpose di depan kamera dengan gaya menggoda. Caption-nya memakai ayat Al-Qur’an seperti “Allah mencintai orang-orang yang sabar”. Secara lahiriah tampak islami, tapi yang dominan adalah gaya tubuh, bukan nasihatnya.
- Fashion Show Islami: Ada yang menjadikan busana muslimah sebagai ajang pamer. Padahal seharusnya hijab itu menutupi aurat, bukan menarik perhatian publik.
- Konten Dakwah Campuran: Ada akun dakwah yang menampilkan potret wanita berhijab dengan filter cantik berlebihan, lalu menuliskan hadis. Ini bisa menimbulkan fitnah karena yang lebih menarik perhatian justru visual, bukan pesan dakwahnya.
4. Hikmah dan Pelajaran yang Bisa Kita Ambil
- Amal ditentukan oleh niat
Rasulullah ï·º bersabda: “Sesungguhnya amal itu tergantung pada niat, dan setiap orang akan mendapatkan sesuai apa yang ia niatkan.” (HR. Bukhari & Muslim).
Jika berhijab karena Allah, maka berpahala. Jika berhijab untuk mencari perhatian, maka sia-sia. - Hijab menjaga martabat perempuan
Dengan menutup aurat sesuai syariat, perempuan lebih dihargai karena ilmunya, akhlaknya, dan kontribusinya, bukan hanya fisiknya. - Media sosial adalah ujian baru
Apa yang kita posting akan terus dilihat orang, bahkan setelah kita meninggal. Bayangkan jika yang kita tinggalkan adalah postingan yang membuka aurat atau menimbulkan fitnah, bisa jadi itu menjadi dosa yang terus mengalir (sadd al-dzari’ah).
5. Solusi dan Jalan Menjadi Muslimah yang Baik
Sebelum berpakaian, bertanya pada diri sendiri: “Untuk siapa aku berhijab? Untuk Allah atau untuk pujian manusia?”
b. Pahami Batas AuratAurat wanita adalah seluruh tubuh kecuali wajah dan telapak tangan (menurut jumhur ulama). Maka pakaian harus:
- Tidak ketat
- Tidak transparan
- Tidak menyerupai pakaian laki-laki
- Tidak berlebihan sebagai ajang pamer (tabarruj).
Jika ingin menyampaikan ayat atau hadis, tampilkan dengan tulisan, desain grafis, atau video tanpa menonjolkan tubuh.
d. Latih Rasa Malu (haya’)Rasulullah ï·º bersabda: “Malu itu sebagian dari iman.” (HR. Muslim).
Malu bukan berarti minder, tetapi menjaga diri agar tidak berlebihan.
Bergabunglah dengan komunitas muslimah yang saling mengingatkan, bukan yang saling mendorong untuk tampil glamour.
6. Amanat untuk Sahabat Muslimah
Sahabatku yang kucintai karena Allah,
ingatlah bahwa cantik di mata manusia itu fana, sementara cantik di mata Allah abadi. Hijab bukan hanya untuk menutup tubuh, tetapi juga untuk menenangkan hati. Jangan biarkan hijabmu hanya menjadi tren, padahal seharusnya ia adalah tanda ketaatan.
Jangan campuradukkan agama dengan kepentingan dunia. Jika ingin berdakwah lewat media sosial, lakukan dengan ikhlas. Jika ingin menasihati, jangan sampai nasihatmu tertutup oleh gaya dan pose.
Ingatlah pesan sederhana ini:
“Jadilah muslimah yang jika dilihat orang, membuat mereka teringat pada Allah, bukan terpesona pada dunia.”