Analisis Tontonan di Televisi dan Media Sosial
1. Jenis dan Persentase Tontonan
Berdasarkan pengamatan umum, berikut kategori tontonan yang paling sering muncul, dari yang paling banyak hingga paling sedikit:
-
Hiburan ringan (±40%)
- Televisi: sinetron, drama, komedi, acara musik, reality show.
👉 Contoh: sinetron dengan cerita rumah tangga penuh konflik, atau acara gosip artis. - Media sosial: video lucu, prank, challenge, lipsync, dance TikTok.
👉 Contoh: joget TikTok yang viral, prank pura-pura jatuh di jalan. - Kelebihan: menghibur, melepas penat.
- Kekurangan: banyak konten tidak mendidik, cerita berlebihan, kadang menormalisasi kebohongan, perselingkuhan, atau aurat.
-
Konten edukatif (±20%)
- Televisi: acara dokumenter, edukasi anak, program belajar, dan tayangan religi.
👉 Contoh: "Jejak Petualang", "Mata Najwa" (diskusi sosial), ceramah agama Ramadan. - Media sosial: tutorial belajar (coding, desain, bahasa asing), konten motivasi, kajian Islam, podcast edukasi.
👉 Contoh: video kajian Ustadz Adi Hidayat di YouTube, tutorial Microsoft Excel di TikTok, kursus gratis di YouTube. - Kelebihan: menambah ilmu, memperluas wawasan, memperkuat iman.
- Kekurangan: masih kalah populer dibanding hiburan, sehingga banyak orang enggan menonton konten edukatif.
-
Berita dan informasi aktual (±15%)
- Televisi: berita kriminal, politik, ekonomi, bencana alam.
👉 Contoh: "Liputan 6", "Kompas TV", berita politik menjelang pemilu. - Media sosial: potongan berita singkat, video investigasi, atau informasi trending.
👉 Contoh: cuplikan kecelakaan, video banjir, konflik politik yang dipotong hanya beberapa detik. - Kelebihan: cepat mendapat informasi terkini.
- Kekurangan: sering ada clickbait atau berita hoaks jika di media sosial.
-
Konten lifestyle (±10%)
- Televisi: program kuliner, traveling, dan kecantikan.
👉 Contoh: "Wisata Kuliner", acara makeover penampilan. - Media sosial: food vlog, review tempat wisata, tips skincare, outfit of the day (OOTD).
👉 Contoh: review makanan di TikTok, vlog jalan-jalan ke Bali, tips memakai skincare Korea. - Kelebihan: memberi inspirasi gaya hidup sehat atau ide kuliner.
- Kekurangan: kadang menimbulkan sikap konsumtif, ingin mengikuti gaya hidup mewah.
-
Konten game dan e-sport (±8%)
- Televisi: jarang, biasanya dalam acara khusus.
- Media sosial: live streaming game, konten gaming di YouTube/TikTok.
👉 Contoh: Mobile Legends, Free Fire, PUBG, Minecraft. - Kelebihan: bisa jadi hiburan dan bahkan peluang karier (e-sport).
- Kekurangan: sering membuat remaja kecanduan, lupa belajar, bahkan lalai shalat.
-
Konten negatif (±7%)
- Televisi: gosip berlebihan, adegan kekerasan, tontonan dewasa yang kadang disamarkan.
👉 Contoh: acara infotainment yang membongkar aib artis. - Media sosial: prank merugikan orang lain, ujaran kebencian, flexing (pamer harta), video sensual.
👉 Contoh: prank memberi makanan berisi sampah, konten joget dengan pakaian terbuka, pamer kekayaan yang berlebihan. - Kelebihan: hampir tidak ada.
- Kekurangan: berpotensi merusak akhlak, menormalisasi maksiat, menurunkan rasa empati.
2. Apakah Tontonan Ini Bermanfaat atau Tidak?
- Bermanfaat:
Konten edukatif, berita positif, kajian Islam, tutorial keterampilan.
👉 Contoh: video dakwah, pembelajaran matematika, tips kewirausahaan. - Kurang bermanfaat:
Hiburan berlebihan (sinetron penuh konflik, gosip artis).
👉 Contoh: sinetron tentang perebutan suami/istri, acara gosip yang membuka aib orang.
- Berbahaya:
Konten aurat terbuka, kekerasan, candaan kasar, joget sensual.
👉 Contoh: challenge TikTok berbahaya, film dengan adegan seks/kekerasan, prank ekstrem.
Dari sisi Islam, tontonan ini termasuk laghwun (perbuatan sia-sia) atau bahkan haram jika mengandung maksiat.
Allah berfirman:
"Dan orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tiada berguna." (QS. Al-Mu’minun: 3)
3. Cara Mengatasinya
-
Kontrol Diri dan Keluarga
-
Orang tua/guru harus mengawasi tontonan anak.
-
Terapkan aturan "jam menonton" agar tidak berlebihan.
-
Contoh: anak hanya boleh menonton YouTube edukasi 1 jam sehari.
-
-
Memperkuat Nilai Agama
-
Ingatkan bahwa melihat aurat atau maksiat adalah dosa.
-
Ganti tontonan buruk dengan kajian Islami yang menarik.
-
Contoh: alihkan tontonan dari drama penuh konflik ke podcast Islami atau film sejarah Islam.
-
-
Meningkatkan Literasi Digital
-
Ajarkan cara membedakan konten bermanfaat dengan konten sampah.
-
Contoh: jangan mudah percaya berita hoaks, selalu cek sumber resmi.
-
-
Menghadirkan Konten Alternatif Positif
-
Buat tontonan Islami dengan kemasan modern (animasi, vlog, musik Islami).
-
Contoh: film kartun Islami untuk anak, vlog kajian remaja yang ringan.
-
-
Regulasi Pemerintah & KPI
-
Konten negatif di TV atau media sosial perlu diawasi.
-
Contoh: pemblokiran konten pornografi, pembatasan tontonan anak di jam tertentu.
-
Kesimpulan
- Mayoritas tontonan saat ini adalah hiburan (40%), yang sayangnya banyak tidak mendidik.
- Konten edukatif, berita, dan dakwah Islami masih kalah populer, walau sangat bermanfaat.
- Ada tontonan yang sama sekali tidak bermanfaat bahkan berbahaya, terutama yang mengandung aurat, maksiat, kekerasan, atau gosip.
- Solusi: literasi digital, kontrol keluarga, memperkuat nilai agama, dan menghadirkan tontonan Islami yang menarik sebagai alternatif.