Hilangnya Rasa Malu di Masyarakat Saat Ini

0

 


1. Apakah rasa malu benar-benar mulai hilang?

Banyak orang sekarang berpendapat bahwa rasa malu di masyarakat mulai memudar. Dulu, orang sangat berhati-hati dalam bersikap dan berbicara, apalagi di depan umum.
Sekarang, hal-hal yang dulu dianggap “memalukan” justru dianggap biasa, bahkan kadang dibanggakan atau dijadikan konten.

Namun sebenarnya, rasa malu tidak benar-benar hilang, tapi berubah bentuk. Orang tidak lagi malu pada hal-hal yang dulu tabu, karena nilai dan cara pandang masyarakat ikut berubah — terutama sejak munculnya media sosial dan budaya digital.


2. Apa sebenarnya arti “rasa malu”?

Rasa malu adalah perasaan tidak nyaman ketika kita melakukan sesuatu yang melanggar norma atau membuat orang lain menilai buruk.
Fungsi rasa malu sebenarnya penting — dia menjadi “rem sosial” agar manusia tidak berbuat sembarangan.

Kalau rasa malu hilang, maka tidak ada lagi batas antara pantas dan tidak pantas.


3. Mengapa rasa malu mulai berkurang?

Ada beberapa alasan yang bisa menjelaskan hal ini:

  1. Media sosial membuat semua orang ingin tampil.
    Banyak orang ingin dikenal, dilihat, atau viral. Akibatnya, hal-hal yang seharusnya pribadi malah dipamerkan.
  2. Konten tidak ada batasnya.
    Orang sering melihat hal-hal ekstrem setiap hari, jadi mereka jadi terbiasa — yang dulu dianggap memalukan sekarang terasa “biasa saja”.
  3. Budaya individualis.
    Sekarang banyak orang berpikir: “Yang penting saya senang, urusan orang lain belakangan.”
    Akibatnya, kontrol sosial dari lingkungan jadi lemah.
  4. Kurangnya pendidikan karakter dan sopan santun.
    Sekolah dan keluarga kadang lebih fokus pada nilai akademik, bukan pembentukan sikap.
  5. Lingkungan dan tokoh panutan juga berubah.
    Banyak “seleb” di media sosial yang terkenal karena berani tampil beda, bukan karena prestasi. Hal ini menular pada anak muda.

4. Contoh nyata perilaku yang menunjukkan rasa malu mulai hilang

Untuk memudahkan, mari kita lihat dari tiga sisi: (1) urusan pribadi, (2) di depan umum, dan (3) di tempat umum.


A. Hal-hal pribadi yang dulu disembunyikan, sekarang diumbar

  1. Curhat masalah rumah tangga di media sosial.
    Misalnya seseorang menulis panjang lebar tentang suami/istri atau anaknya di Facebook atau TikTok, padahal itu urusan keluarga.
    → Dulu, hal seperti ini dibicarakan secara pribadi, bukan untuk tontonan umum.
  2. Pamer kehidupan pribadi.
    Contohnya, seseorang membuat vlog sedang marah, menangis, atau bahkan bertengkar dengan pasangan — lalu diunggah ke media sosial.
  3. Membagikan foto atau video yang terlalu terbuka.
    Misalnya, remaja memposting foto berpakaian minim hanya untuk mendapat pujian atau “likes”.
  4. Rekam kegiatan pribadi seperti mandi, tidur, atau hal-hal sejenis untuk konten.
    Hal-hal yang dulu dianggap “rahasia pribadi” kini dijadikan tontonan publik.

B. Perilaku di depan orang banyak yang menunjukkan hilangnya rasa malu

  1. Tantangan TikTok atau joget di tempat yang tidak pantas.
    Misalnya joget di masjid, di pemakaman, di ruang kelas saat guru mengajar, atau di jalan raya.
  2. Bersikap mesra berlebihan di tempat umum.
    Seperti berpelukan dan berciuman di taman, mall, atau sekolah, tanpa peduli ada anak-anak atau orang lain yang melihat.
  3. Menghina orang lain secara langsung atau lewat siaran langsung (live).
    Dulu orang malu untuk mempermalukan orang lain, sekarang justru ada yang sengaja melakukannya agar viral.
  4. Marah besar di depan umum sambil merekam video.
    Contohnya, pelanggan marah-marah ke petugas hanya untuk konten.

C. Perilaku di tempat umum yang mencerminkan hilangnya rasa malu sosial

  1. Membuang sampah sembarangan padahal ada tempat sampah di dekatnya.
  2. Berbicara keras atau memutar musik keras di transportasi umum.
  3. Tidak antri atau menyerobot antrean.
  4. Buang air kecil di tempat umum atau di pinggir jalan.
  5. Mengambil foto/video orang lain tanpa izin.
  6. Melanggar aturan lalu lintas dengan bangga (misalnya balapan liar, tidak pakai helm, tapi direkam).

Dulu, perbuatan semacam ini dianggap memalukan. Sekarang, sebagian orang malah merasa “bangga” karena berani atau dianggap “keren”.


5. Dampak dari berkurangnya rasa malu

  1. Rusaknya norma sosial.
    Masyarakat jadi bingung mana yang pantas dan tidak pantas.
  2. Privasi orang lain terganggu.
    Misalnya, seseorang direkam tanpa izin lalu videonya viral.
  3. Munculnya sikap cuek dan kasar.
    Orang jadi tidak peduli perasaan orang lain.
  4. Menurunnya kualitas lingkungan sosial.
    Tempat umum jadi tidak nyaman karena orang tidak tahu sopan santun.
  5. Masalah psikologis di kemudian hari.
    Banyak orang menyesal setelah oversharing, tapi videonya sudah terlanjur tersebar.

6. Sisi positif: Hilangnya rasa malu tidak selalu buruk

Kita juga harus jujur bahwa tidak semua bentuk “hilang malu” itu negatif.

Contohnya:

  • Sekarang orang tidak malu berbicara tentang kesehatan mental.
  • Orang berani melapor kekerasan atau pelecehan yang dulu dianggap aib.
  • Perempuan tidak malu berpendapat atau tampil di ruang publik.

Artinya, bukan rasa malu yang harus dihilangkan, tetapi memilah kapan malu itu perlu, kapan tidak.


7. Apa yang bisa kita lakukan?

a. Bagi orang tua

  • Berikan contoh nyata. Anak belajar dari sikap orang tua.
  • Diskusikan etika media sosial. Jelaskan konsekuensi dari posting sembarangan.
  • Bangun komunikasi terbuka. Agar anak tidak mencari perhatian di luar rumah.

b. Bagi guru dan sekolah

  • Ajarkan etika digital dan sopan santun.
  • Gunakan studi kasus. Misalnya bahas video viral dan tanyakan: “Apakah ini pantas?”
  • Bangun kegiatan reflektif. Minta siswa menulis tentang “hal apa yang membuat kamu malu dan kenapa”.

c. Bagi masyarakat umum

  • Jaga ruang publik. Tegur dengan sopan bila ada perilaku tidak pantas.
  • Tidak ikut menyebarkan aib orang.
  • Gunakan media sosial dengan tanggung jawab.

8. Kesimpulan

Rasa malu di masyarakat belum hilang sepenuhnya, tapi banyak bergeser.
Dulu orang malu karena takut dinilai buruk oleh tetangga.
Sekarang, orang justru malu kalau tidak ikut tren atau tidak punya konten.

Perubahan zaman memang tak bisa dihindari, tapi kita bisa menjaga batas kewajaran dan menghormati privasi agar masyarakat tetap beradab dan nyaman bagi semua orang.

 


Posting Komentar

0Komentar
Posting Komentar (0)